BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kimia
analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis material untuk
mengetahui
komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional, kimia analitik
dibagi
menjadi dua jenis, kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan
untuk
mengetahui
keberadaan suatu unsur atau senyawa kimia, baik organik maupun anorganik,
sedangkan
analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa
dalam suatu
cuplikan. Kimia analitik modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan,
target dan
metode. Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi kimia
bioanalitik,
analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan, dan forensik.
Berdasarkan
metodenya,
kimia analitik dapat dibagi menjadi spektroskopi, spektrometri massa,
kromatografi
dan elektroforesis, kristalografi, mikroskopi, dan elektrokimia.
Kromatografi
adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen –
komponennya
akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam akan
menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat
komponen
campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal.
Sedangkan
komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Sekarang
ini, kromatografi sangat diperlukan dalam memisahkan suatu campuran senyawa.
HPLC
didefinisikan sebagai kromatografi cair yang dilakukan dengan memakai fase diam
yang terikat
secara kimia pada penyangga halus yang distribusi ukuranya sempit ( kolom )
dan fase
gerak yang dipaksa mengalir dengan laju alir yang terkendali dengan memakai
tekanan
tinggi sehingga menghasilkan pemisahan dengan resolusi tinggi dan waktu yang
relative
singkat. HPLC atau KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas
untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain :
farmasi;
lingkungan; bioteknologi; polimer; dan industri- industri makanan. Dalam makalah
ini akan dijelaskan beberapa keterangan tentang penggunaan HPLC ( High
Performance Liquid Chromatography), dalam bidang kefarmasian yaitu HPLC Method
for the Analysis of
Paracetamol,
Cafeine and Dipyrone (Metode HPLC Untuk Analisis Parasetamol, Kafein dan
Antalgin).
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik HPLC
merupakan satu teknik kromatografi cair – cair yang dapat digunakan baikuntuk
keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan teknik
HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area puncak analit dalam
kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan standar. Kegunaan umum
HPLC adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa
biologis ; analisis ketidakmurnian (impurities); analisis senyawa- senyawa mudah
menguap (volatile); penentuan molekul- molekul netral, ionic, maupun zwitter
ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya
hampir sama; pemisahan senyawa- senyawa dengan jumlah sekelumit (trace
elements), dalam jumlah yang banyak, dan dalam skala proses industry.
1) Komponen-Komponen Penting Dari HPLC
1.
Pompa (Pump)
Ada dua tipe pompa yang digunakan,
yaitu pompa kinerja konstan (constant pressure) dan
pompa
pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi
menjadi dua,
yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating
menghasilkan
suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating), oleh karena itu membutuhkan
peredam
pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar (base line)
detektor
yang stabil,
bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran
reservoir
tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi
reservoirnya
terbatas.
·
Syarat – syarat
pompa yang ideal:
1) Mampu membangkitkan tekanan tinggi
2) Pulse free – out put
3) Control laju alir yang akurat
4) Tahan korosi
5) Terbuat dari bahan yang tahan
terhadap fasa gerak
6) Bebas pulsa
7) Perlu“de gasser”
8) Dapat menyalurkan fasa gerak pada
rentang kecepatan dan tekanan lebar
9) Dapat digunakan untuk melakukan
elusi gradien
10) Bekerja pada tekanan sampai 6000 psi
(400 atm)
2.
Detektor (Detector)
Suatu
detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis
kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif). Detektor yang baik
memiliki
sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier
yang
luas, dan
memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap
aliran dan
fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.
Jenis –
jenis detector
· SpektrofotometerUV –Visible
· Indeks bias
· Spektrofluorimeter( zatberfluoresensi)
· Konduktivitaslistrik( zationik)
· Spektrometerinfra merah
· Spektrometermassa( LC –MS )
· SpektrometerNMR ( LC –NMR )
Detektor
KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang
gelombang
dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih luas.
Detektor
indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada kromatografi
eksklusi,
tetapi
umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV.
3.
Injektor (injector)
Injektor
merupakan tempat untuk memasukkkan sempel ke kolom. Waktu yang dibutuhkan
oleh senyawa
untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut sebagai waktu retensi.
Waktu
retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel
menunjukkan
ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang
berbeda
memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan
sangat
bervariasi dan bergantung pada:
·
tekanan yang
digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut)
·
kondisi dari
fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada ukuran
·
partikel)
·
komposisi
yang tepat dari pelarut
·
temperatur
pada kolom
4.
Elusi Gradien
Elusi
Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama analisis
kromatografi
berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat waktu retensi dari
senyawa-senyawa
yang tertahan kuat pada kolom. Dasar-dasar elusi gradien dijelaskan oleh
Snyder.
Elusi
Gradien menawarkan beberapa keuntungan :
a.
Total waktu
analisis dapat direduksi
b.
Resolusi
persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah
c.
Ketajaman
Peak bertambah (menghilangkan tailing)
d.
Efek
sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak
5.
Kolom
(Column)
Berbeda
dengan kolom kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali
(reusable) .
Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sama sebelum dari jenis
sampel yang
diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan.
Kolom diisi
dengan partikel padatan yang berukuran kecil dilapisi secara kimia oleh suatu
cairan yang
berfungsi sebagai fasa diam. Komponen-komponen sample dibawa oleh cairan
fasa gerak
yang dialirkan dengan bantuan tekanan tinggi melewati kolom fasa diam.
Komponen-komponen
dipisahkan berdasarkan partisi antara fasa diam dan fasa gerak yang
satu sama
lain tidak bercampur.
Efisiensi
kolom salah satunya sangat tegantung dari besarnya partikel fase stasioner.
Oleh
karena itu
bila ukuran fase stasioner lebih kecil, maka tinggi plat teoritik akan
berkurang,
sehingga
jumlah plat teoritik akan bertambah, yang meningkatkan efisiensi kolom. Dengan
kolom yang
pendek dan efisiensi, pemisahan akan berjalan dengan cepat. Terdapat banyak
analisis
yang dikerjakan pada suhu kamar, suhu kolom sering dapat diatur dengan konstan
dengan
memakai cara pemanasan. Sering dibutuhkan suhu kolom yang lebih tinggi dari
suhu
kamar untuk
mengatasi masalah daya larut solute yang dianalisis dan viskositas fase gerak
yang agak
tinggi.
6.
Pengolahan
Data (Data Handling)
Hasil dari
pemisahan kromatografi biasanya ditampilkan dalam bentuk kromatogram pada rekorder.waktu
retensi dan volume retensi dapat diketahui atau dihitung. Ini bisa digunakanuntuk
mengidentifikasi secara kualitatif suatu komponen, bila kondisi kerja dapat
dikontrol. Lebar puncak dan tinggi puncak sebanding atau proporsional dengan
konsentrasi dan dapat digunakan untuk memperoleh hasil secara kuantitatif.
2) PRINSIP KERJA HPLC
Prinsip
dasar HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) adalah pemisahan
senyawa-senyawa berdasarkan kepolaran, dimana terdapat fase mobile (gerak) dan
fase stasioner (diam). Fase mobilenya adalah sampel dan eluen yang bercampur,
dan fase stasionernya adalah silika gel yang mengandung hidrokarbon. Sehingga senyawa
yang memiliki kepolaran yang lebih tinggi akan tertahan pada fase stasioner
yang bersifat polar.
Metode
pemisahan umum dalam HPLC tergantung sifat polaritas senyawa dalam eluat;
·
Fasa Normal
•Fasa gerak
nonpolar
•Fasa diam
polar
·
Fasa
Terbalik
•Fasa gerak
polar
•Fasa diam
nonpolar
Resolusi
adalah pengukuran secara fisik suatu pemisahan. Resolusi dapat ditingkatkan
dengan
mengoptimasi parameter-parameter HPLC yaitu retensi,selektifitas, dan
efisiensi.
Secara
praktis parameter-parameter HPLC tersebt dapat dioptimalkan dengan mengubah:
1. Komposisi dari fase gerak
2. Laju alir
3. Sifat kimia dari fase gerak
4. Jenis kolom
Metode HPLC
dapat digunakan untuk analisa kuantitatif dan sekaligus kualitatif. Untuk
analisa
kualitatif dengan membandingkan kromatogram sampel dengan kromatogram baku
pembanding
berdasarkan waktu retensinya.
Sedangkan
untuk analisa kuatitatif dapat digunakan dengan persamaan : Cx = Ax / Ap X Cp
Keterangan :
A = Peak
area = Luas puncak
C =
Konsentrasi
X = sampel
P =
pembanding Atau jika ingin mendapatkan data yang lebih valid dapat pula
ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar.
HPLC yaitu
alat yang berfungsi mendorong analit melalui sebuah kolom dari fase diam (
yaitu sebuah tube dengan partikel bulat kecil dengan permukaan kimia tertentu)
dengan memompa cairan (fase bergerak) pada tekanan tinggi melalui kolom. Sampel
yang akan dianalisis dijadikan dalam volume yang kecil dari fase bergerak dan
diubah melalui reaksi kimia oleh fase diam ketika sampel melalui sepanjang
kolom.
Tujuan
penggunaan alat ini adalah mengetahui kadar asam organik. Waktu saat analit
keluar dari ujung kolom disebut waktu retensi dan merupakan suatu
karakteristik
yang unik dari tiap analit. Penggunaan dari tekanan menaikkan kecepatan linear
memberikan
lebih sedikit waktu bagi analit untuk berdifusi, dan menghasilkan
chromatogram.
Pelarut yang banyak digunakan yaitu air dan zat-zat organik seperti metanol.
HPLC ini
digunakan untuk asam organik, seperti asam formiat dan asam asetat. Jika sampel
mula-mula
berbentuk padatan harus di-distruksi dulu kemudian di-treatment sehingga berupa
larutan
homogen yang tidak terdapat endapan lagi dan bening karena syarat sampel yang
dapat
dianalisa menggunakan HPLC adalah harus tidak ada endapan dan harus bening.
3)
Penerapan HPLC Dalam Analisis
Senyawa (Obat) Dalam Campuran
HPLC sering
digunakan antara lain untuk menetapkan kadar senyawa aktif pada obat, produk hasil
samping proses sintesis, atau produk- produk degradasi dalam sediaan farmasi.
Keterbatasan
metode HPLC ini adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika HPLC
dihubungkan
dengan spektometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah sampel sangat
kompleks
maka resolusi yang baik sulit diperoleh.
1.
Parasetamol
·
Rumus
struktur :
·
Nama Kimia :
4- Hidroksiasetanilida
·
Rumus
Molekul : C8H9NO2
·
Berat
Molekul : 151,16
·
Pemerian :
serbuk, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
·
Kelarutan :
larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam
etanol. (Depkes RI, 1995).
Parasetamol
atau N-asetil-p-aminofenol atau asetaminofen merupakan derivat para-amino
fenol yang
berkhasiat sebagai analgesik-antipiretik. Asetaminofen merupakan pengganti yang
baik untuk
analgesik dan antipiretik aspirin pada penderita dengan keluhan saluran cerna
dan
pada mereka
dengan perpanjangan waktu perdarahan yang tidak menguntungkan.
Asetaminofen
merupakan analgetik dan antipiretis.
Parasetamol
adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus kromofor yang dimilikinya
menyebabkan
senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karakteristik senyawa ini
memungkinkan
analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar seperti C-18 dan
fasa gerak
polar seperti methanol/ air. Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui
saluran
cerna. Konsentrasi tertinggi plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh
plasma
antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh tubuh. Dalam plasma, 25%
parasetamol
terikat
protein plasma. Parasetamol digunakan sebagai analgesic dan antipiretik.
Pengujian
kadar parasetamol dalam obat menggunakan teknik HPLC , dalam proses
analisisnya
HPLC memiliki beberapa tahapan. Diawali dengan menginjeksikan sampel uji
yaitu
larutan obat yang sebelumnya telah disaring dengan membran PTFE ke dalam kolom
HPLC dengan
injektor khusus / syringe yang bervolume 20 µL, penyaringan sebelum
penginjeksian
ini dilakukan agar tidak terjadi penyumbatan didalam kolom dan
menghilangkan
gas dari pelarutnya. Sampel didorong cepat saat melalui kolom dengan
bantuan
pompa bertekanan tinggi. Di dalam kolom, komponen- komponen pada sampel
dipisahkan
berdasarkan pada perbedaan kekuatan interaksi solut terhadap fasa diamnya.
Solut
yang
interaksinya kurang kuat akan keluar lebih lambat dari kolom daripada solut
lainnya.
Komponen
akan keluar dari kolom dengan kecepatan yang berbeda dan terdeteksi oleh
detektor.
Detektor yang digunakan adalah detektor UV karena parasetamol merupakan
senyawa
organik yang dapat menyerap sinar UV. Pengujian ini menggunakan panjang
gelombang
243 nm dengan mempertimbangkan panjang gelombang methanol yaitu 205 nm
dan air
yaitu 190 nm. Teknik yang dilakukan kali ini merupakan “reverse phase” atau
fasa
terbalik
karena teknik ini menggunakan pelarut polar sebagai fasa gerak sedangkan fasa
diamnya
menggunakan pelarut non- polar. Penggunaan fasa gerak dan fasa diam yang
berbeda
kepolarannya ini bertujuan agar sampel uji tidak bereaksi dengan fasa diamnya
saat
melewati
kolom HPLC. Sampel melewati kolom HPLC tentunya memiliki jangka waktu
yang terukur
dan juga menjadi parameter, waktu yang dibutuhkan sampel untuk melewati
kolom ini
disebut waktu retensi. Dalam pengujian parasetamol dalam obat, waktu retensi
yang terukur
adalah antara 2,19 hingga 2,2. Selanjutnya hasil analisis dengan HPLC ini
menghasilkan
suatu citra berupa kromatogram. Kromatogram ini merupakan grafik antara
intensitas
komponen yang dibawa oleh fasa gerak terhadap waktu retensi. Seharusnya
tampilan
kromatogram ini berupa grafik lurus, lancip, dan simetris. Tetapi data yang
diperoleh
pada percobaan ini sedikit melebar dan tidak simetris tentunya. Ini disebabkan
antara lain
oleh adanya difusi didalam kolom HPLC, difusi yang terjadi adalah difusi
longitudinal
dan difusi transfer massa. Difusi longitudinal itu sendiri disebabkan oleh
penyebaran
komponen yang tidak sama sedangkan difusi transfer massa disebabkan oleh
kecepatan
komponen yang tidak merata. Terdapat beberapa parameter pemisahan dalam
HPLC, yaitu
laju alir eluen yaitu sebesar 0,5 mL/ menit, ketebalan stasioner kolom C-18
yaitu 15 cm, ukuran partikel analit, dan laju difusi yang sudah disebutkan
diatas. Parameter-
parameter
ini dapat menyebabkan kejanggalan dalam pencitraan kromatogram seperti
pelebaran
pada puncak. Adanya pelebaran puncak pada kromatogram mengindikasikan
terjadinya
overlapping analit yang belum terpisahkan dalam kolom. Semakin tinggi laju
difusinya
maka komponen dalam sampel akan semakin sulit dipisahkan secara efisien. Dari
grafik luas
area terhadap konsentrasi (ppm) dapat dihitung kadar parasetamol dalam sampel
obat. Data
yang diperoleh menunjukkan bahwa dari sampel obat sebanyak 12,5 mg diperoleh
kadar
parasetamol sebesar 83,444 % sedangkan dari massa rata-rata tablet obat sebesar
738,2
mg diperoleh
massa parasetamol pada tiap tablet obat sebesar 615,9836 mg. Dapat
disimpulkan
bahwa kadar parasetamol dalam tablet obat adalah sebesar 615,98 mg per
tabletnya.
2.
Kafein
Rumus struktur :
· Nama Kimia : 1,3,7-Trimetil xantin
· Rumus Molekul : C8H10N4O2
· Berat Molekul : 194,19
· Pemerian : serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat
putih,biasanya menggumpal, tidak berbau, rasa pahit.
· Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam etanol,
mudah larut dalam kloroform, sukar larut dalam eter. (Depkes RI, 1995).
Kofein
berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan
mengantuk,
juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertinggi, prestasi otak dan
suasana
jiwa
diperbaiki. Kofein juga memperkuat kontraksi jantung, vasodilatasi perifer dan
diuretis.
Kofein
digunakan sebagai penyegar. Zat ini sering dikombinasikan dengan Parasetamol
atau
asetosal
untuk memperkuat efek analgetisnya.
Kafein dosis
sedang menyebabkan insomnia, ansietas dan agitasi. Dosis tinggi diperlukan
untuk
memperlihatkan toksisitas berupa muntah dan konvulsi. Dosis letal sekitar 10 g
(kira-
kira 100
cangkir kopi) yang menimbulkan aritmia jantung. Kematian karena kafein sangat
tidak
mungkin. Letargi, iritabel dan sakit kepala terjadi pada pengguna yang secara
rutin
minumg lebih
dari 600 mg kopi per hari ( sekitar 6 cangkir kopi per hari) dan mendadak
berhenti.
(Mycek, 2001).
ANALISIS KUANTITATIF
Metoda
Persentase Tinggi / Lebar Puncak Metoda ini disebut juga Metoda Normalisasi
Internal. Untuk analisis kuantitatif diasumsikan bahwa lebar atau tinggi Puncak
(Peak) sebanding (proportional) dengan kadar / konsentrasi zat yang menghasil
puncak. Dalam metoda yang paling sederhana diukur lebar atau tinggi Puncak,
yang kemudian dinormalisasi (ini berarti bahwa setiap lebar atau tinggi Puncak diekspresikan
sebagai suatu persentase dari total). Hasil normalisasi dari lebar atau tinggi puncak
memberikan komposisi dari campuran yang dianalisis. Kita harus mengasumsi bahwa
kita memperoleh respons detektor yang sama untuk setiap komponen Untuk
mengatasi kesulitan ini, maka kalibrasi detektor diperlukan. Kafein berkhasiat
menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk,
juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertinggi, prestasi otak dan
suasana jiwa diperbaiki. Kofein juga memperkuat kontraksi jantung, vasodilatasi
perifer dan diuretis. Kofein digunakan sebagai penyegar. Zat ini sering
dikombinasikan dengan Parasetamol atau asetosal untuk memperkuat efek
analgetisnya. Kafein dosis sedang menyebabkan insomnia, ansietas dan agitasi.
Dosis tinggi diperlukan untuk memperlihatkan toksisitas berupa muntah dan
konvulsi. Dosis letal sekitar 10 g (kira-kira 100 cangkir kopi) yang
menimbulkan aritmia jantung. Kematian karena kafein sangat tidak mungkin.
Letargi, iritabel dan sakit kepala terjadi pada pengguna yang secara rutin minum
lebih dari 600 mg kopi per hari ( sekitar 6 cangkir kopi per hari) dan mendadak
berhenti. (Mycek, 2001).
4)
Kelebihan Dan Kekurangan Metode
Analisis Dengan HPLC
4. 1. Kelebihan
· Kerja lebih mudah dengan
automatisasi dalam prosedur analisis dan pengolahan data
· Volume sampel kecil
· Daya pisah tinggi
· Merupakan metode analitis:
o
Cepat
o
Peka
o
Akurat
o
Tepat
o
Reproducible
o
JugaPreparatif
· Dapat digunakan untuk analisis
sampel organic dan anorganik, bersifat volatile dan non volatil, stabil dan
tidak stabil secara thermal.
· Pilihan fasa diam dan fasa geraknya
luas
4. 2. Kekurangan
·
Larutan
harus dicari fase diamnya terlebih dahulu
·
Hanya bisa
digunakan untuk asam organic
·
Harus mengetahui
kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradient
elusi
·
Harganya
mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Komponen utama dari HPLC yaitu,
pompa, injector, elusi gradient, kolom, detector,
pengolahan
data.
2. Prinsip dasar HPLC (High Performance
Liquid Chromatografi) adalah pemisahan
senyawa-senyawa
berdasarkan kepolaran, dimana terdapat fase mobile (gerak) dan
fase
stasioner (diam). Fase mobilenya adalah sampel dan eluen yang bercampur, dan
fase
stasionernya adalah silika gel yang mengandung hidrokarbon. Sehingga senyawa
yang
memiliki kepolaran yang lebih tinggi akan tertahan pada fase stasioner yang
bersifat
polar.
3. HPLC sering digunakan antara lain
untuk menetapkan kadar senyawa aktif pada obat,
produk hasil
samping proses sintesis, atau produk- produk degradasi dalam sediaan
farmasi.
Contohnya adalah menganalisis parasetamol dan kafein dalam suatu
campuran.
4. HPLC sebagai suatu metode pemisahan
memiliki beberapa keuntungan yaitu
menghasilkan
pemisahan yang sangat cepat, dapat memisahkan zat-zat yang tidak
mudah
menguap ataupun tak tahan panas, banyak pilihan fasa geraknya, mudah untuk
mendapatkan
kembali cuplikan, karena detector pada KCKT tidak merusak komponen
zat yang dianalisis,
dan dapat dirangkai dengan instrumen lain untuk meningkatkan
efisiensi
pemisahan. Sedangkan kekurangannya adalah larutan harus dicari fase
diamnya
terlebih dahulu, hanya bisa digunakan untuk asam organic, harus mengetahui
kombinasi
yang optimum antara pelarut, analit, dan gradient elusi, harganya mahal
sehingga
penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas.